Pernah merasa begitu yakin dengan saham tertentu, lalu hanya mencari berita yang mendukung keyakinan itu?
Atau, ketika ada berita negatif, kamu abaikan karena “saya yakin ini cuma noise”?
Itulah contoh dari bias konfirmasi, salah satu bias kognitif paling umum dan berbahaya dalam dunia investasi.
Apa Itu Bias Konfirmasi?
Bias konfirmasi adalah kecenderungan untuk mencari, menafsirkan, dan mengingat informasi yang hanya memperkuat keyakinan kita sebelumnya—seraya mengabaikan data atau pendapat yang bertentangan.
Dalam konteks investasi:
✅ Investor hanya membaca analisis yang mendukung posisi mereka
✅ Mengabaikan risiko atau tanda-tanda peringatan
✅ Membela keputusan buruk dengan "data yang menguatkan" meski lemah
Contoh Nyata dalam Dunia Saham
1. Yakin saham A bagus, lalu hanya cari review positif, Meski ada laporan keuangan yang buruk, tetap beli karena “Youtuber saham bilang ini undervalued!”
2. Menolak stop loss karena percaya saham akan rebound, Mengabaikan tren penurunan karena beberapa influencer tetap optimis
3. Selalu merasa ‘benar’ meskipun rugi besar
Karena merasa informasi sebelumnya "terverifikasi", walau sudah tidak relevan
Mengapa Bias Ini Berbahaya?
✅ Menurunkan objektivitas analisis
✅ Menunda tindakan korektif (cut loss, switching, rebalancing)
✅ Menciptakan kepercayaan palsu terhadap saham/judgment pribadi
✅ Membentuk "filter gelembung" di mana hanya info pendukung yang dipercaya
Cara Menghindari Bias Konfirmasi dalam Investasi
1. Cari informasi dari dua sisi secara aktif
Sebelum beli saham, cari juga argumentasi kontra.
2. Diskusi dengan orang yang tidak selalu setuju
Bergabunglah di komunitas yang terbuka terhadap sudut pandang berbeda.
3. Gunakan data kuantitatif dan objektif
Jangan hanya bergantung pada opini subjektif.
4. Tulis logika sebelum membeli saham
Jika data berubah, jangan takut mengubah posisi.
5. Evaluasi keputusan secara rutin, bukan hanya hasilnya, Tanyakan: “Apakah saya membeli karena datanya kuat, atau karena saya ingin merasa benar?”
Kesimpulan: Lawan Bias Konfirmasi dengan Kerendahan Hati
“Pasar tidak peduli seberapa yakinnya kamu. Yang penting adalah seberapa benar datamu.”
Investasi bukan ajang membuktikan siapa yang paling pintar, tapi siapa yang paling fleksibel menghadapi kenyataan. Semakin cepat kamu menyadari adanya bias, semakin sehat keputusan investasimu.