Bagaimana Emosi Pasar Memengaruhi Keputusan Investasi (dan Cara Tetap Tenang)

 

“Market itu kadang gak masuk akal. Hari ini semua orang bilang saham A ‘the next big thing’. Besoknya, semua panik jual. Gila? Enggak. Itu emosi pasar yang lagi main.”


Apa Itu Emosi Pasar?

Emosi pasar adalah gabungan dari perasaan, ekspektasi, dan reaksi kolektif para pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi, berita, atau tren tertentu.

Dua emosi paling dominan di pasar:

✅ Ketamakan (Greed)

✅ Ketakutan (Fear)


Gabungan emosi ini menciptakan sentimen pasar—yang bisa sangat berpengaruh ke harga saham, bahkan lebih kuat dari fundamental itu sendiri.


Dua Emosi Terkuat yang Menggerakkan Pasar

1. Ketamakan (Greed)

“Saham ini udah naik 80% dalam sebulan. Besok pasti tembus lagi!”

Ketamakan (Greed)  bikin investor:

✅ Beli saham tanpa riset
✅ Over-trade
✅ FOMO saat saham udah naik tinggi


Contoh:
Boom-nya saham teknologi dan crypto 2021, banyak yang masuk di pucuk karena "semua orang cuan".

Efeknya:
Bubble. Harga naik gak rasional, lalu meledak.



2. Ketakutan (Fear)

“IHSG merah. Ekonomi resesi. Jual semua sebelum rugi lebih dalam!”


Ketakutan (Fear) bikin investor:

✅ Panic selling
✅ Jual saham bagus di harga rendah
✅ Gak bisa ambil peluang saat harga diskon


Contoh:
Crash Maret 2020 saat COVID-19 pertama kali merebak.

Efeknya:
Saham-saham undervalued, tapi gak ada yang berani beli.



Kenapa Investor Retail Sering Jadi Korban Emosi Pasar?

Investor ritel biasanya:

⛔ Gak punya strategi tertulis
⛔ Gampang terpengaruh media
⛔ Punya horizon jangka pendek
⛔ Belum ngerti cara membaca sentimen pasar


Akhirnya:

✅ Beli di pucuk karena euforia
✅ Jual di dasar karena takut


Padahal... investor sukses itu biasanya yang bertindak sebaliknya.


Cara Tetap Tenang di Tengah Emosi Pasar

1. Punya rencana tertulis

✅ Catat kenapa beli saham A
✅ Tentukan target jual dan batas cut loss


2. Gunakan data, bukan asumsi publik

✅ Bandingkan sentimen dengan fakta (laporan keuangan, valuasi)


3. Latihan jeda sebelum ambil keputusan

✅ Teknik simple: tunggu 5 menit sebelum klik “Buy” atau “Sell”


4. Perhatikan indikator sentimen & teknikal

RSI (overbought/oversold), VIX (volatilitas), Fear & Greed Index


5. Kurangi konsumsi berita saat market chaos

✅ Fokus ke strategi pribadi daripada fear mongering media


Kesimpulan: Pasar Boleh Emosional, Kamu Jangan

“Kamu gak bisa ngontrol emosi pasar. Tapi kamu bisa kontrol reaksimu.”

Pasar bakal terus berubah. Tapi kalau kamu punya prinsip, strategi, dan disiplin—kamu bisa tetap waras, bahkan di saat semua orang panik.



Yuk Diskusi:

Kamu pernah ngalamin panic selling atau ikut euforia market? Cerita dong di kolom komentar atau gabung di group diskusi seputar investasi, klik Di Sini untuk bergabung. Dan kalau artikel ini bermanfaat, share ke temen kamu yang lagi belajar jadi investor tangguh!



Previous Post Next Post